Senin, 09 Maret 2015

Arsitektur India dalam perkembangan

Perkembangan Arsitektur

Arsitektur India memiliki keberagaman dalam sejarah, budaya dan geografi. Hal ini menyebabkan sulitnya mengidentifikasi karakterisktik bentuk arsitektur India yang dapat mewakili keseluruhannya. Arsitektur India merupakan hasil paduan berbagai tradisi baik internal maupun eksternal yang datang dari Eropa, Asia Tengah dan Timur. Sejarah arsitektur India dimulai dari masa peradaban lembah Indus ( Indus Valley Civilization), masa Vedik1, hingga masa Maurya-Gupta atau dikenal dengan era perkembangan Budha melalui arsitektur biara (monastery) dan batu/dinding pahat ( rock cut), kemudian diikuti dengan kemegahan bangunan kuil pada masa pertengahan. Sementara, penguasa Turki dan Afghanistan di Utara pada masa pertengahan telah membawa India kepada tradisi arsitektur kubah ( dome dan vault). Munculnya arsitektur Mughal pada abad ke-16 menggambarkan penggabungan antara elemen arsitektur regional India dengan elemen arsitektur Persia dan Asia Barat. Pengaruh Barat terutama Eropa tak terelakkan pada masa kolonisasi Eropa di India termasuk gaya Manneris, Barok, Neo-klasik, dan Neogotik mulai dari abad ke-16 hingga akhir abad ke-19, yang kemudian dikenal dengan gaya Indo Saracenic. Arsitektur India telah membawa pengaruh yang besar terutama ke Asia Timur sejak kelahiran dan penyebaran agama Budha. Sejumlah elemen arsitektur India seperti stupa, sikhara, pagoda (meru), torana (gerbang) telah menjadi simbol terkenal arsitektur Hindu dan Budha yang berkembang dan digunakan di Asia Timur dan Asia Tenggara seperti yang terdapat pada bangunan candi Angkor Wat di Kamboja dan Prambanan di Indonesia. Peradaban Lembah Indus, terdiri dari permukiman perkotaan kuna termasuk kota metropolitan; Mahenjo Daro dan Harappa dengan berbagai macam karakteristik rumah, tempat pemandian yang dihubungkan dengan sistem drainase umum yang baik pada masa itu. Struktur kota berbentuk grid diikuti jalur drainase di sepanjang jalan umum dikelilingi oleh benteng. Tipe bangunan penting lainnya adalah lumbung, tempat berdagang, pemandian umum yang diyakini sebagai tempat pemujaan untuk kesuburan. Keseragaman tatanan kota, tipologi bangunan, dan ukurannya yang terbuat dari batu bata bakar menunjukkan koordinasi yang baik antara sosial dan politik pada saat itu.


Arsitektur Hindu

Dalam sejarah perkembangan kebudayaan Timur, agama Hindu lahir di lembah sungai Indus (kawasan Sind dan Punjab ). Agama ini lahir dari perpaduan agama Tuhan Vedis sebagai agama sukubangsa Aryan (Aria) dengan agama suku bangsa Dravidians (percaya adanya inkarnasi) yang merupakan daerah invasi dari sukubangsa Aryan pada masa itu. Perpaduan itu tercetus dalam buku Rig-Veda (kitab agama Veda) yang pada permulaan tahun Masehi disempurnakan dengan terciptanya kedewaan Trimurti : Brahma, Wisnu dan Siwa. Arsitektur Hindu dikenal lewat rancangan kuil-kuil sampai ke Asia Tenggara mulai abad ke-5 hingga ke-13. Pada masa itu terdapat beberapa kerajaan yang terbagi dalam wilayah menjadi utara dan selatan. Dua kutub kerajaan ini mempengaruhi karakteristik kuil-kuil Hindu, seringkali disebut dengan Kuil Dravida di India Selatan, dan kuil Nagara di India Utara. Selain itu terdapat style di wilayah Bengal, Kashmir dan Kerala. Umumnya kuil-kuil dengan rancangan terbaik yang menjadi ikon arsitektur Hindu berada diwilayah Selatan. Arsitektur kuil di India Selatan tidak menggunakan konsep arsitektur kuil di India Utara yang dipengaruhi oleh Persia, Rajastan dan langgam Jaina.

Kerajaan yang berpengaruh dalam arsitektur Hindu di India Selatan yaitu:
1. Kerajaan Pallava, memerintah dari abad ke-6-9 Masehi. Kuil besar yang dibangun pada masa pemerintahannya yaitu kuil Mahabalipuram, Ibukotanya Kanchipuram, sekarang berada di wilayah Tamilnadu.
2. Kerajan Chola, kerajaan ini berkuasa pada tahun 900-1150 M diperintah oleh Raja Chola I dan putranya Rajendra Cholaruled dan membangun kuil Brihadeshvara dan kuil Siwa Thanjavur.
3. Kerajaan Chalukya Badami yang disebut Chalukya awal yang diperintah oleh, Badami pada tahun 543 - 753 M yang kemudian menghasilkan langgam Vesara disebut juga Arsitektur Chalukya Badami. Contoh yang paling bagus dari seni kuil ini nampak pada kuil Pattadakal, Aihole dan Badami di Karnataka utara. Leibh dari 150 kuil tertinggal di lembah Malaprabha.
4. Kerajaan Rashtrakuta yang memerintah wilayah Manyakheta, Gulbarga tahun 753-973 M membangun beberapa kuil Dravida di Ellora (kuil Kailasanatha). Kuil lain yang menarik yaitu kuil Jaina Narayana di Pattadakal dan kuil Navalinga, Kuknur di Karnataka.
5. Chalukya Barat disebut juga Chalukya Akhir yang memerintah Decca dari tahun 973-1180 M menghasilkan kembali langgam chalukya dikenal dengan langgam Gadag, yang artinya di dalam dan antara (in-between). Terdapat lebih dari 50 kuil yang masih bediri di sekitar sungai Krishna, di tengah
Kartanaka. Kuil Kasi Vishveshvara di Lakkundi, Mallikarjuna di Kuruvatii, Kalleshwara di Bagali dan Mahadeva di Itagi merupakan kuil-kuil yang indah dan menarik yang dibangun oleh arsitek-arsitek semasa kerajaan Chalukya akhir.
6. Raja Hoysala memerintah India Selatn pada tahun 1100-1343M dan mengembangkan sebuah konsep arsitektur yang disebut Hoysala Arsitektur id negara Karnataka. Karya arsitektur kuil yang terbaik yaitu kuil Chennakesava di Belur, kuil Hoysaleswara di Halebidu, dan kuil Kesava di Somanathapura.
7. Kerajaan Vijayanagar yang memerintah seluruh wilayah India Selatan pada tahun 1343-1565 M membangun sejumlah kuil di ibukota Vijayangar dengan menggabungkan beberapa langgam yang berkembang di India Selatan pada masa sebelumnya. Beberapa elemen yang dihasilkan dari karya tersebut yaitu pilar Yali (pillar yang bersimbol kuda), balustrade ( parapets) and pilar berhias (manatapa). Beberapa raja yang memerintah Vijayanagar membangun kuil-kuil yang kemudian dikenal sebagai gaya arsitektur Vijayanagar.

Arsitektur hindu di India dibagi atas tiga langgam:
1. Langgam Hindu Selatan, dipraktekkan oleh bangsa ras Tamil dan seluruh wilayah yang terletak antara Cape Comorin dan Nerbuddha atau wilayah Vidya.
2. Langgam Utara atau Hindu Arya, ditemukan hanya di wilayah Himalaya yang berbatasan dengan ras Arya yang berbahasa Sancrit atau dikenal dengan The Bengal Presidency.
3. Langgam Kasmir atau Punjab, berbeda dari kedua diatas, akan tetapi lebih mirip kepada langgam yang di selatan.



Selama abad pertengahan, kuil Hindu dibuat dari pahatan dinding tebing atau bukit. Hingga saat ini konsep arsitektural Hindu mempengaruhi bangunan-bangunan atau arsitektur Budha. Konsep merancang kuil dibuat oleh seorang Brahmin. Brahmin juga menentukan pemilihan tapak dan menguji keadaan tanah, dan tebalnya sesuatu dinding atau tiang mengikut segi mithologykal dan astronomikal Hindu yang dikenal dengan formula Vastupurushamandala (tatanan untuk bangunan sakral). Tantanan ini dituangkan dalam tatanan ilmu arsitektur Hindu dinamakan vastushastra. Tatanan bentuk manusia dalam posisi semedi di dalam grideon yang secara konsistens mengatur rancangan bentuk kuil di wilayah India.



Kuil-kuil hindu menggunakan bentuk empat persegi daripada bentuk lingkaran seperti yang digunakan dalam arsitektur Budha. Bentuk empat persegi ini menyimbolkan kestabilan dan kekekalan. Beberapa ciri lain dari arsitektur hindu yaitu penggunaan sistem trabeate yaitu massive block dari batu yang menjadi material dasar dalam pembangunan kuil India. Sistem ini berupa tiang tegak dengan alang melintang sistem ini digunakan dengan begitu meluas sekali. Walaupun sistem Arch Vault lebih ekonomis dan digunakan di seluruh dunia. Mandala empat segi atau charta firasat arsitek Hindu, mengandung 64 atau 81 kotak. Brahma, dewa utama, pemelihara dan pemusnah menduduki empat segi tengah. Dewa-dewa lain menduduki tempat-tempat di penjuru.

Kuil hindu memiliki empat ruang prinsip dalam perancangannya yang menjadi konsep arsitekturHindu yaitu Garbha griha, Mantapa, Gopura dan Choultri dengan penjelasan sebagai berikut.
1. Garbha griha
Merupakan bagian utama dan terpenting dari kuil dan merupakan inti/induk bangunan yang disebut vimana (di India Selatan) atau mulaprasada (di India Utara). Denahnya berbentuk bujursangkar atau persegi, untuk kuil yang kecil biasanya perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan 1:1 atau berbentuk kubus, dan kuil yang besar biasanya tingginya jauh lebih besar daripada lebarnya. Terdapat bagian yang tegak lurus terbuat dari batu dan granit yang didekorasi dengan pilaster dan ornamen. Vimana beratap tingkat seperti pyramid umumnya terbuat dari bata yang diplester dengan semen kemudian diakhiri dengan ‘dome’ kecil (umumnya di india selatan). Vimana yang terbesar di Tanjore yang terdiri dari 14 tingkat dengan tinggi hampir 200 ft.



2. Pelataran depan atau Mandapa
Pelataran depan atau Mantapa, ruang bagian luar yang sebagian dilingkupi dinding yang memiliki pintu. Satu pintu sebagai penghubung ke vimana sedangkan pintu lain sebagai akses jalan dan masuknya cahaya ke ruang dalam. Ruang mandapa berbentuk bujursangkar atau persegi, biasanya sama bentuknya dengan bangunan kuil inti (vimana). Beberapa kuil memilki ‘mandapa luar atau Maha Mandapa’ dan ‘mandapa dalam atau Ardha Mandapas’. Ada juga kuil yang memiliki gabungan dari kedua mandapa, biasanya yang mandapa luar bersifat terbuka dan mandapa dalam bersifat tertutup. Atapnya berbentuk piramid, tapi jauh lebih rendah dari atap vimana, sering juga berbentuk flat yang tidak berornamen. Atap ditopang oleh pilar, akan tetapi sebisa mungkin dikurangi jumlah pilar dengan membuat kotak-kotak pembalokan pada ceiling ( bracketing).

 

3. Gerbang Piramid ‘ Gopura
Gerbang atau Gopura adalah jalan masuk kompleks halaman kuil yang berbentuk persegi yang
biasanya mengitari vimana. Jumlah gerbang mengikuti jumlah dinding pagar, kadang-kadang juga melebihi jumlah dinding pagar. Bentuk gapura indentik dengan vimana, meskipun demikian terdapat satu sisi yang lebih besar dan lebih panjang. Pada sisi yang panjang terdapat bukaan yang biasanya 1/4-1/7 dari lebarnya. Gerbang piramid yang paling besar dimiliki oleh kuil di Combaconum, ibukota Kerajaan Chola setelah penolakan Tanjore. Terdiri dari 12 tingkat termasuk basemen yang terbuat dari granit dan datar, sementara keseluruhan piramid terbuat dari batu bata diplester dengan sculpture dan ornamen.





4. Hall berpilar atau ‘ Choultri’,
Choultri merupakan bangunan extra di sekitar kompleks kuil. Biasanya digunakan untuk berbagai kegiatan upacara: tarian, nyanyian dan upacara perkawinan. Pada awalnya sebagai beranda (porches), kemudian berkembang menjadi ruang untuk berbagai kegiatan terutama untuk upacara yang berhubungan dengan perkawinan. Hall berpilar yang besar yaitu ada di Tinnevelly yang terdiri dari 100 kolom pada sisi yang panjang dan 10 pada sisi yang lebarnya. Kemudian hall berpilar di Chillumbrum terdiri dari 24 kolom pada sisi lebar dan 41 kolom pada sisi panjangnya. Arsitektur batu (stone architecture) juga telah tumbuh di India terbukti pada Tinggalan sejarah istana Pataliputra dan juga Ashoka Stambha (prasasti tugu monolitik) yang bertuliskan maklumat dari raja Ashoka. Pada ujung atas prasasti terdapat ukiran batu berkepala empat singa yang menjadi simbol dari kerajaan Ashoka. Pada masa Ashoka telah diperkenalkan arsitektur batu pahat yang mentradisi hingga lebih dari 100 tahun lamanya hingga masa arsitektur Budha, Jaina dan Hindu, terdapat banyak ruang pemujaan yang dipahat di dinding tebing atau gunung. Konon, tradisi ini berasal dari Mesir kuna dan Persia. Pada saat yang sama, Viharas (Buddhist monasteries), mulai dibangun setelah kematian Budha terutama pada masa Kerajaan Mauryan dengan karakteristik monumen stupa, chaitya; ruang meditasi yang terdapat stupa didalamnya. Arsitektur Budha berkembang pada masa Pemerintahan Ashoka, terdapat tiga bangunan yang penting dalam arsitektur Budha yaitu chaitya (ruang meditasi para biksu), vihara (asrama) dan stupa (monumen budha). Dalam satu lahan paling sedikit terdapat satu chaitya dan beberapa vihara.







5. Stupa
Stupa adalah monumen untuk memperingati Budha dan para pengikutnya. Berbentuk setengah
bulatan yang secara filosofis melambangkan “kubah syurga” (Dome of Heaven) atau melambangkan struktur kosmik yang menetap terbuat dari batu atau tanah atau material lainnya dengan struktur dan konsep arsitektural sebagai berikut: Bangunan stupa terdiri dari beberapa bagian atau elemen yang membentuk satu konsep arsitektur sebagai berikut:
a. Harmika yaitu pagar empat segi stupa memberi peringatan “syurga 33 tahun lambang dari peti suci Budha dan menjadi sentral dari meditasi
b. Yashti berbentuk tiga Lapis payung yang melambangkan paksi dunia.
c. Stambha, tiang yang bertuliskan ukiran ayat-ayat suci dari kitab Pali berfungsi sebagai alat sebaran agama Budha
d. Vedik, pagar yang mengelilingi stupa pada mulanya dibuat dari bahan kayu, pada zaman syuga digantikan dengan bahan batu.
e. Torana, gerbang (jalan/pintu masuk) ke dalam stupa yang berasal dari bahasa Sansekerta.



6. Chaitya Griha
Chaitya griha adalah tempat meditasi para sami Budha dalam mempelajari ajaran Budha, kata ini berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tempat suci. Chaitya terdiri dari barisan tiang yang beratap, di ujungnya yang membentuk membentuk garis keliling melingkari stupa yang ada didalamnya. Pada beberapa site dari tipikal chaitya ada yang berbentuk sekuen dari bentuk persegi diakhiri dengan ruang suci tempat stupa. Contoh Chaitya yang paling bagus terdapat Ajanta and Ellora.
Berbagai macam bentuk dan konsep chaitya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

 

7. Vihara (Monasteries)
Monasteries (Vihara) merupakan asrama atau tempat tinggal para sami Buddha selama mereka
bermeditasi. Vihara terdiri dari ruang-ruang sel kecil yang terisolasi dan ruang bersama berupa hall yang dikelilingi oleh tiang-tiang ( portico) yang merefleksikan ruang komunal dari asrama, sehingga vihara dikenal sebagai hall dengan serambi. Orientasi dari vihara bervariasi tidak ada arah tertentu sebagai patokan. Berbagai macam tipikal dari vihara terdapat pada gambar berikut ini.